Banyak orang salah sangka pada Sobirin. Orang kampung menganggap
Sobirin adalah orang kaya. Wong Menak. Berduit. Wong Duwe. Orang Berada. Namun,
aslinya dia itu tidak kaya, juga tidak miskin. Kalau diteruskan sebenernya
Sobirin itu menjurus miskin.
Kalau mau diikuti berapa jumlah pendapatan bersih yang
sobirin dapat tiap bulannya, jika tahu, anda pasti merasa iba. Sobirin cek
titik e gaji mu! Sayang, Sobirin tidak bisa menyangkalnya karena rumah yang dia
miliki tarasa magrong-magrong bagi tetangga kanan kirinya. Sobirin juga punya
mobil. Padahal orang tidak tahu, Sobirin bisa jadi tidak makan kalau Cuma gajinya
saja yang dipakai untuk bayar cicilan.
Suatu hari ada omongan orang kampung, Sobirin itu pelit
banget. Bahkan sama anaknya sendiri. Wong ya duwe. Sama anak sendiri kok medit
sekali. Kalau Istrinya dapat duit anaknya baru dibelikan. Kalau enggak ya mertuanya
yang siap-siap nanggung.
Mendengar itu,
Sobirin cuma senyum-senyum kecil dalam hati. Sobirin tidak marah pada
omongan itu. Meskipun Sobirin tahu siapa orang tersebut, dia tetap menghormati
dan mencintainya. Pantang bagi Sobirin untuk membenci orang yang tidak tahu
perihal detail kehidupan finasialnya.
“Wong ya orang tidak tahu, Tidak pantas untuk dibenci”
Itu adalah konsekuensi dari sikapnya yang tak mau sambat ke
orang lain. Tidak ada kata sambat bagi sobirin. Pada hujan deras. Pada panas
dingin suhu. Sakit sekujur badan. Pada tidak enaknya makanan di atas meja.
Sobirin tidak pernah sambat. Kebanyakan orang mungkin tidak pernah makan
makanan sisa orang lain di restoran cepat saji. Kebanyakan orang tidak pernah hampir
mati kehausan di gunung. Sobirin pernah.
Jangan sampai orang lain tahu kalau dia susah. Akibatnya
orang menganggap sobirin orang kaya punya banyak harta. Sobirin live very well.
Toto tentrem kertoraharjo. Adem ayem.
Bahkan sama orang tuanya sendiri Sobirin sangat pandai
menutupi kemalangan hidupnya. Sedikitnya gajinya. Banyaknya hutangnya. Serba
ngepres. Bahkan tak pegang uang sama sekali, dia tutup rapat-rapat semua
keperihan itu.
“Pamali kalau hidup itu banyak sambat ke orang lain, kalau
bisa tiap menghadapi apa saja dianggap itu semua rahmat. Kalau sudah berusaha
mati-matian, Kaya Alhamdulillah. Miskin ya Alhamdulillah”
Kalau sekedar ada slentingan omong negatif seperti itu masuk
ke telinga Sobirin sama sekali tidak jatuh. Dalam prinsip hidupnya, Atas apapun
yang terjadi di dunia, dianggap buruk, hina, miskin, bodoh oleh orang lain
Sobirin tak peduli. Asalkan Gusti Allah Taala tidak marah padanya.
Tak ada yang paham dengan laku hidup Sobirin.
Sobirin berjalan di jalan gelap nan sunyi
0 komentar: