Hidup cak Kaspolan berubah drastis sekarang. Lebih banyak jurus dan kuda-kuda bersyukur yang dia kuasai. Sejak tak jadi karyawan karena tak sesuai dengan kebenaran sejati Nya. Dia lalu jadi pedagang online untuk menafkahi dirinya dan istri anak tercinta.
Roda nasib pun berputar. Awalnya dagangan laris manis. Lebih dari cukup. Tapi kini poros roda lagi posisi di bawah.. dagangan kurang laku, omzet berkurang dan penghasilan memilukan.
Namun, itu semua bukan lah dianggap penderitaan oleh cak Kaspolan.
Bersama mbak Sangidah, istri tercinta, Kaspolan selalu menganggap semua yang sudah terjadi adalah nikmat dari Nya. Rejeki melimpah, rahmat. Rejeki sulit, tetap nikmat.
Tapi kalau cak Kaspolan bilang begitu tidak lantas dia tidak pernah Sambat. Tiap ada derita langsung girang teriak lantang : ini rahmat Mu! Ya ndak gitu juga. Kaspolan itu ya tetap manusia. Kondisi jiwa nya bebas. Bisa ke kanan, Atau ke kiri. Bisa ngerasa girang banget ya juga ada sela dia down nggak karuan. Tapi yang sedang diperjuangkan Kaspolan adalah bagaimana menyikapi nya secara seimbang. Kalau pas lagi senang jangan lupa bisa jadi kamu sedih nanti nya. Begitu pula sebaliknya.
Dengan jurus itu itu Kaspolan melewati hari hari gelap terang hidupnya. Selalu di tengah. Selalu seimbang. Tak goyah. Tetap pada rel Nya. Itu lah energi hidup Kaspolan. Energi murni dari Dia dan kekasih Nya.
Dulu uang, 100 ribu sangat bernilai kecil bagi Kaspolan. Tapi kini dengan kondisi rezeki sulit, Cak Kaspolan diberi nikmat bahwa uang berapapun bila diterima dengan penuh rasa syukur ternyata juga bisa membahagiakan. Pernah cak Kaspolan dapat uang cuma 50 ribu. Tapi ia sikapi dengan tangis haru bahagia. Alhamdulillah, puji syukur sudah dapat 50 ribu. Seperti orang mendadak dapat 50 juta.
Entahlah, Kaspolan kini menikmati hari hari nya. Selalu ditolong Nya saat kesusahan. Selalu mudah menemukan campur tangan nya. Karena Dia itu Maha Bekerja.
Terima kasih Gusti.
Mugi paringo ing margi kaleresan
Kados margining manungso kang manggih kanikmatan
Sanes margining manungso kang Paduko laknati
Gresik, 30 Juli 2017
0 komentar: