Air mata berlinang, raut muka muram, baju hitam-hitam. Lalu pecah sudahlah tangis, sesenggukan menyusul serta merta. Adakah penggalan adegan...

Bukan Meninggal Tapi Meninggalkan Sebentar

Air mata berlinang, raut muka muram, baju hitam-hitam. Lalu pecah sudahlah tangis, sesenggukan menyusul serta merta. Adakah penggalan adegan tadi engkau saksikan di saat kematian orang terdekatmu? Atau mungkin kawanku, engkau sendirilah pelaku adegan tadi?

Aku yakin kawan, Tak seorangpun luput dari duka kematian. Manusia begitu sentimentil dengan kematian sehingga Idiom kematian jadi beragam. Dari yang terdengar paling kasar hingga kata yang nadanya paling halus di telinga. Orang jawa bilang mathek (mati) untuk nuansa kasar dan sedho untuk nuansa halus. Atau dalam bahasa Indonesia ada kata mati, meninggal, wafat, gugur, tutup usia, dan berpulang.

Sungguh suatu kerugian apabila engkau kawanku, menafsir kata-kata tersebut secara kaku. Bila ada saudaramu, bapak serta ibumu yang meninggal jangan lantas percaya bahwa mereka yang kau sayangi benar-benar meninggal.

"Tidak. Mereka masih hidup. Mereka bukan meninggal tapi hanya meninggalkan kita sebentar" ucap si Noor padaku yang ketahuan olehnya aku menangis tersedu sedan.

"Hidup kau bilang? Sudah jelas orang terdekatku mati. Dikafani disholati lantas dikubur" pekik ku pada si Noor.

"Ada saat nya kamu akan bertemu dengan mereka lagi. Tapi tidak di dunia ini. Dunia ini pun juga sungguh sangat sebentar. Hanya sekedipan mata. Jangan jadi manusia bodoh dan awam terus menerus. Tuhan yang Maha penuh cinta, di sisi Nya kematian dianggap peristiwa mesra" sahut si Noor.

Penekanan proses kematian dijelaskan bukan dengan inti pesan menyeramkan, menakut-nakuti, penuh kekejaman dan sadistis, melainkan dengan gagasan kelembutan tutur kata. Lihatlah buku agung karya Tuhanmu. Ada penggalan berbunyi begini :

Hai jiwa yang tenang
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya
Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku
Masuklah ke dalam surga-Ku

"Jadi sangat mungkin, menurutku, Tuhan memperlakukan kematian pada orang baik seperti seseorang yang penuh cinta menjemput kekasihnya" omong si Noor.

"Buktinya apa Noor?"

"Tuhan menjemput manusia dengan terlebih dahulu menjadikan sebaik-baik ciptaan Nya menjadi zat yang lebih tenang. Lebih halus. lebih lembut. Lebih latif dari yang semula berbentuk padat yang kasat mata.

Jangan Hanya karena panca indera tak bisa membuktikan keberadaan mereka, lanjut si Noor, lantas kita semua percaya mereka benar-benar sudah tamat.

Paling tidak kejadian itu sama kayak es batu yang berubah wujud jadi air lantas jadi uap yang tidak bisa kamu lihat. Karena tidak bisa kamu lihat bukan berarti zat nya benar-benar sirna",  terang si Noor.

"Jadi mereka yang meninggal sekarang ada dimana?"

"Masih di bumi ini. tapi alamnya berbeda dengan alam dunia yang kita tinggali sekarang. Mereka seperti yang Tuhan firmankan, dijemput dengan hati yang puas, yang ikhlas, yang Ridho. Dan tuhan pun meridhoi Nya"

Jadi, begini saja, orang yang meninggalkan mu saja gembira dalam jama'ah Tuhan, Lantas kenapa dan sampai kapan kamu terus-terusan bersedih?

0 komentar: