Seorang miskin papa berjalan seorang diri. Mendatangi rumah para kaya. Pindah dari satu pintu ke pintu lain. Kadang mengetuk pintu. kadang h...

Terpaksa Hina

Seorang miskin papa berjalan seorang diri. Mendatangi rumah para kaya. Pindah dari satu pintu ke pintu lain. Kadang mengetuk pintu. kadang hanya suara sapa. Suara terdengar makin keras. "Ji, zakat e ji!" (pak haji, minta zakat nya). Sebab pagar tinggi tak kunjung dibuka oleh para kaya.

Aku yang dari atas melihat adegan itu lebih banyak diliputi rasa tak mengerti ketimbang rasa iba. Kenapa manusia begitu mau memperhinakan diri nya? Menadahkan tangan. Pindah rumah ke rumah. Berharap pemberian jelang lebaran

Mereka Terpojok!

Aku Agak kaget karena suara parau si Noor tiba tiba muncul. Ah apa iya cuma karena Terpojok? Apa cuma ambil kesempatan karena sebentar lagi ada pesta yang namanya lebaran?

Ya bisa jadi!

Laiya kenapa Kog bisa jadi begitu?

Ya mereka bisa nya cuma begitu itu!

Tapi kenapa kamu yang gila ini kok ga berbuat begitu Noor?

Karena aku enggak bisa begitu

Begitu bagaimana?

Kalau di dunia kami, bangsa gelandangan, korak, kenthir, wongmis. Kami tidak akan meminta minta jika tuhan tidak mengajari kami meminta

Aku awam, kurang mudheng apa yang kamu omong barusan

Mengajari itu artinya mengirim ide mengemis di akal kami, lalu merangkai list by name by adress para kaya bermukim. lalu memperjalankan kaki kami menuju rumah rumah mereka. Kalau tuhan tidak berbuat demikian aku emoh ngemis.

Ah gitu gitu itu kalau diladeni malah tidak ada habis nya. Nggantungno hidup hanya ke para kaya saja. Mereka jadi malas tidak punya mental pejuang

Sebentar sebentar. Kok kamu ngomong nya gitu? Emang bisa kamu mendidik mereka jadi orang produktif?

Belum sih Noor

Lah ya! masak kamu udah ndidik mereka belum bisa, énggak ngasih juga! Aku curiga kamu punya pola pikir seperti itu terpengaruh jargon dinsos Koes. Hehe.

Kalau masih ada mereka, para orang yang kamu sebut hina, yang mau memperhinakan diri berbuat hina. Lantas bukan kah para kaya lebih hina. Karena berdiam diri membiarkan kehinaan rutin di tiap jelang lebaran.

0 komentar: