Rambut sudah disisir klemis. Apa yang aku pakai dari atas hingga bawah masih kinyis-kinyis. Branded pula. Kaos, kemeja, celana panjang, sepatu. Hingga sempak pun. semua berkelas.
Sudah keren. tinggal masuk mobil lalu berangkat untuk kembali bertemu kawan-kawan lama.
Jalan ke pintu, eh kok si Noor gila berdiri memblokade. Punggung bersandar dan tangan dipalang. Cuping hidung nya kembang kempis Mengendus-endus.
cih kok wangi, mau Kemana
masak ketemu kawan lama enggak boleh wangi
selama apa kawan mu itu?
Kawan kala sma. Ada reuni kecil kecilan
Ooouu.. makanya kamu bersolek ria. Ya sudah monggo lewat
Wah emang ga boleh bersolek?
Bukan hanya sekedar boleh tapi sangat aku anjurkan. Buat bikin happy orang lain kan bagus
Nah betul, Daripada nyawang kamu. Dandan menor sekenanya. Pakai lipstik eh malah njebobros sampai pipi kanan kiri
Si Noor langsung menyahut, Tapi kalau kamu bersolek untuk gengsi, pamer segala capaian mu sehabis pisah dan ketemu lagi sama teman lama mu. itu bukan lah prestasi
Bukan prestasi bagaimana toh. Susah payah aku lulus sma lanjut kuliah lanjut lagi kerja bangga lah kalau kita ketemu lagi sama kawan lama dengan atribut capaian kita. Parfum luar negeri, outfit serba Branded. Gadget nomor wahid. Omong capaian selangit
Haha kamu ini kok g bisa pakai logika. Bahkan aku yang katamu gelandangan gila saja bisa berpikir jernih nih... Sekali lagi, dengar yah omongan dari lubuk jiwa liar gila ku ini. Kalau orang punya ini punya itu terus dia pakai biar dikata orang sudah jadi orang. Itu sih bukan prestasi
Prestasi itu saat kamu punya segala sesuatu tapi kamu tak memakainya. Mau belum jadi orang atau sudah jadi orang kamu tetap tidak berubah.
Diksi 'sudah jadi orang' itu juga nggak jernih. Sejak kapan kamu tidak jadi manusia?
Noor kamu ini seorang sufi yang gila!!! Ucapan mu tak bisa aku cerna
Maka Noor pun berujar. ah kata siapa aku sufi, sufi mu dengan pemahaman ku pada sufi pasti berbeda. Emang menurutmu sufi itu apa?
Ya.. sufi itu itu orang yang sok. Kayak kamu ini. Sok enggak butuh dunia. Padahal aslinya aku tahu kamu ini butuh sekali. Atau.... jangan jangan kamu ini aslinya malas tapi berkedok sufi agar agak mendingan dinilai orang
Ah masak gitu, apa contoh nya?
Ya banyak tuh, banyak kiai, pemimpin pondok, sastrawan ternama, atau orang sukses yang meninggalkan harta bendawi yang dia dapat. Terus malah turun ke jalan dengan penampilan layak gelandangan. Rambut acak acakan, pakaian kumal, makan seperlunya. Orang bilang itu 'lelono'. Mirip plek sama kamu.. Rumah, kendaraan, suami pun kamu ga punya. Baju juga itu itu saja
Noor terkekeh keras. Sambil matanya terbelalak
Huakekkekek.. Huakekkekek. Mbok yo kamu sadar.. Yang gila itu kamu.. Yang tidak sopan itu kamu
Loh kok bisa?
Sembarangan saja sebut orang gila. Ketahuilah Yang telah kamu tuduh gila itu tuhan mu, nabi mu
Apa sangkut paut nya dengan Tuhan. dan nabi juga ngapain ikut ikutan segala... Dia itu setahu ku juga nyuruh kita giat cari dunia sebagai bekal akhirat
Lo ada toh.. Apa kamu lupa kata tuhan mu pada baginda daud. Wahai Daud, perumpamaan dunia itu laksana bangkai, dimana anjing-anjing berkumpul mengelilinginya, menyeretnya kesana kemari. Apakah engkau suka menjadi seekor anjing, lalu ikut bersama mereka menyeret bangkai itu kesana kemari? Wahai Daud berlemah-lembutlah dalam perkataan dan sederhanalah dalam hidup
Bukannya nabi daud itu sudah kaya ya. Nabi yang juga perannya sebagai raja. Penguasa. Kok malah disuruh hidup sederhana?
Posisi seperti itu kan lagi nikmat nikmat nya to. Masak mau kebanyakan orang memilih hidup sederhana saat sukses secara materi. Tapi aku tanpa berusaha pun sudah diberi kesempatan untuk hidup sederhana
Aku terkekeh. Noor kamu ini enggak sama kayak nabi daud. Kalau beliau itu memang bisa memilih mau mentereng atau enggak
Kamu ini memang terpaksa dan otomatis hidup sederhana. Lah kamu memang énggak punya apa-apa. Hahaha
0 komentar: