Kekasih ku datang padaku lagi. Sesuai pengalaman, caranya mendatangiku semau mau dia. Kebanyakan tanpa etika dan sopan santun. Meskipun aku tahu hal itu tidak penting baginya. Aku miliknya dan saham ku seratus persen untuknya.
Kali ini tiba tiba saja dia datang saat aku sibuk bekerja. Aku tak tahu dia lewat mana. Tidak ada suara engsel pintu. Hmm, bisa jadi dia melompat masuk lewat jendela seperti biasa. Tapi aneh pikirku, aku ini kan sedang di lantai sembilan!
"hai sayang" lengkungan bibir kebawah. sedang kesal. "lupa padaku?"
"maaf tapi aku sedang sibuk banget kerja. Cari uang. You know lah"
"sejak kapan manusia cari uang?" ucapan dengan nada akhir melengking. Makin kesal
"ya sejak dulu lah. Sejak kita di TK kita sudah digadang-gadang cari kerja bagus. jadi dokter jadi pilot atau jadi apapun yang 'menghasilkan'. Untuk apa kalau bukan uang?"
"wah makanya kamu tidak ingat aku kalau gitu" "lo, apa hubungannya?"
"kalau kamu sibuk, kamu harus bilang pada dunia aku sibuk dicari uang. Dengan begitu kamu kekasih ku yang istimewa. Aku bangga kalau kamu bilang begitu"
"kok jadi kelas tata bahasa dan filsafat gini sih jadinya. Aku kan sibuk. Nggak ada bedanya ah yang!"
"kalau kamu bilang sibuk cari uang, aku malu dan merasa hina. Kekasih yang aku cintai sengaja menjadikan dirinya tidak istimewa dengan menganggap ada dzat bernama uang yang ia anggap istimewa. Lagi pula aku cemburu. Seharusnya yang istimewa kan aku"
"iya sayang cinta nomor satu. Tapi namanya wong urip, wong tresna ya tetap butuh duit Dong"
"ya butuh tapi hanya sebatas kalimat perintah 'jangan lupakan'. bukan untuk dua kata kerja : mencari dan menyenangi"
Gresik, 6 April 2016
0 komentar: