Orang indonesia kebanyakan fans budaya norma ketimbang budaya nilai. norma itu rasanya lebih mendewakan apa kata orang, pantas enggak ya, enak enggak yah. Norma lebih superior daripada nilai. baik dan benar secara nilai tersingkir, dipacking dalam kaleng
Kulihat berita TV, ada penculik anak. Motif nya sepele, hanya untuk memenuhi kebutuhan biaya nikahnya maret nanti. Terlepas dari benar salah dalam kacamata hukum. Tak ku pandang status kriminal nya, aku justru kasihan pada si penculik.
Ya, Kasihan karena dia sudah jadi korban pusaran norma. Dia takut dianggap tidak menghargai tamu kalau biaya nikah nya minim. Dia lebih butuh anggapan baik kata orang karena telah menghormati tamu. Walaupun itu harus ditebus dengan sederet titel perguruan tinggi di undangan nya, segudang prestise, dan kemubadziran di segala lini seremoni nikah. Tidak ada pertimbangan, kalau aku melakukan ini tuhan marah ga yah? atau apakah aku dicap kufur oleh Tuhan nggak yah?
Duh gusti, orang sekarang sudah makin ultra modern saja. Tak tahu bedanya batu dengan mutiara, gagak dengan merak, quran dengan koran. Ataukah lebih parah tak bisa bedakan tahu dengan formalin, bakso dengan boraks?
Kutulis ini dengan penuh tipu daya pada engkau. Sebab aku ternyata juga sahabat karib nya setan : Ahlul mubadzirin.
0 komentar: