Apakah kita hidup di dunia ini hanya untuk menunggu mati? Tidak. Sama sekali bukan itu. Kita hidup ini dari dan untuk sampai lagi ke allah. ...

Tuhanpun Menjawab Doa Si Pendosa

Apakah kita hidup di dunia ini hanya untuk menunggu mati? Tidak. Sama sekali bukan itu. Kita hidup ini dari dan untuk sampai lagi ke allah. Kita berjuang di dalam dunia yang kata Allah hanya sekejapan mata. Dan dalam waktu super kilat itu kadang kita roboh, kita goyah kita jatuh terpuruk, terjerembab, merasa asing dan hilang semangat. Tapi percayalah. Yang Maha Penuh Cinta pasti hadir. sangat dan Sangat dekat denganmu.

Misalkan saja, bila ada seseorang sakit-sakitan bertahun-tahun.  Saking lamanya hingga si sakit sangat akrab dengan rasa sakitnya. Begitu rasa sakitnya datang, dia sapa penuh mesra dengan desahan-desahan manja. Kadang uh... Kadang ah. Iya sakit. Tapi si sakit sudah menikmati ketidaknyamanan itu. Dia sangat menikmati apa yang membuatnya tidak senang.

"Apa yang membuat kita sakit adalah ada konsep dalam diri kita bahwa sehat itu yang nikmat. Kalau kita tidak punya kaki. Tidak bisa jalan. Kita punya konsep bahwa yang punya kaki dan bisa berjalan itu adalah yang nikmat. Kalau sudah begitu kitalah yang menderita sendiri. Karena konsep kita-kita sendiri, " begitu kata si sakit pada si pendosa.

Tapi toh namanya juga manusia, si sakit ini suatu hari tak kuat lagi. Dirinya merasa Tuhan sudah sedemikian dekat mau menjemputnya. Maka dia meminta si pendosa untuk bertemu dengannya

"kayaknya aku sudah tak kuat lagi. Tak mungkin aku bisa bertahan hidup hingga tahun depan"

Si pendosa terkesiap,"akan aku mintakan ijin pada Tuhan. Untuk memberimu kekuatan dan kesehatan"

"kamu kan pendosa, apa dosa dosa mu tidak menghalangi terkabulnya doa mu pada Nya"

"Ya benar aku ini seorang pendosa kawanku. Biarlah doa doa ku sendiri tak dikabulkan Nya. Tapi Kekasihku itu pernah bilang orang yang mendoakan orang lain itu mulia. Tenanglah aku bantu engkau kawanku"

Maka si pendosa dengan kesadaran dirinya yang hina dina berangkat ke suatu forum bulanan di balai pemuda Surabaya. Berangkat dengan niat pasrah lillah. Sampai suatu ujung forum dimana berlangsung sesi doa berjamaah, si pendosa memulai doanya dengan kesadaran atas dirinya yang hina di mata Tuhannya.

Hanya satu doa. Bukan doa minta diampuni dosanya, demi jadi kaya, atau sukses dunia yang lain. Doa itu bukan untuk dirinya, melainkan hanya untuk si sakit. Dia mendoakan si sakit semoga segera pulih dan enakan lagi badannya.

Entah bagaimana. Mungkin tuhan pun sentimentil mendengar doa si pendosa. Sehingga sehari sesudah si pendosa panjatkan doa, si sakit tiba tiba enakan badannya dan dibolehkan pulang dari rumah sakit.

Mungkin, Tuhan merasa terharu. Di jaman seperti ini, kok masih ada orang yang mau maunya mendahulukan kepentingan orang lain dan menekan habis kepentingan diri nya sendiri. Entahlah!

0 komentar: