Rudi Isbandi (kanan) memperlihatkan karyanya di galeri yang terletak di bagian belakang rumahnya. Mungkin, banyak orang tidak tahu bil...

Sssst..! Ada Museum Di Dekat Kampus B Unair

Rudi Isbandi (kanan) memperlihatkan karyanya di galeri yang terletak di bagian belakang rumahnya.
Mungkin, banyak orang tidak tahu bila ada museum yang mengoleksi benda seni rupa di dekat Kampus B Unair. Bahkan, saya sendiri yang selama kuliah empat tahun lebih tidak pernah kesana. Setelah kerja, eh kog baru tahu ada Museum Rudi Isbandi (MRI) dan aku berkesempatan mengunjunginya Sabtu (1/12).

Nah, MRI terletak di Jl. Karang Wismo I no. 10 Surabaya. Dari Kampus B Unair masuk saja lewat Jl. Srikana lurus saja sampe ada gang di depan tulisan mie neraka. Museum ini buka mulai pukul 08.00-12.00 WIB dan buka lagi pukul 16.00-21.00 WIB. Sebaiknya, kunjungan dilakukan sebelum petang hari, sebab galerinya menggunakan pencahayaan alami.

Untuk masuk museum, anda akan dikenakan tarif Rp 5000 namun sifatnya sukarela. Dengan tarif goceng, anda bisa melihat koleksi lukisan yang berharga bisa mencapai ratusan juta rupiah. Tak perlu khawatir kalau nantinya anda bingung memahami arti lukisan, Rudi Isbandi langsung yang akan menemani kita sembari menjelaskan arti setiap lukisan. Total ada 200 benda seni rupa yang ia pajang rapi di museum yang juga rumah tinggalnya itu.

Galeri seni rupa di Museum Rudi Isbandi yang terletak di loteng lantai dua rumahnya.
Pencahayaan matahari langsung menggantikan lampu di Musuem Rudi Isbandi.
Maestro Lukis
Rudi Isbandi sendiri sebenarnya seniman terkenal di Surabaya, malah sudah maestro levelnya. Ia pernah menjadi ketua Dewan Kesenian Surabaya (DKS) juga pernah mendapat penghargaan dari pemerintah Mesir dan Jawa Timur. "Saya melukis sudah 60 tahun," kata kakek kelahiran 1937 itu.

Rudi dengan latar belakang salah satu karyanya yang terbuat dari botol minuman bekas.
Sepintas bila melihat karyanya, anda akan merasa heran atau bingung. Bagaimana tidak, lukisan Rudi Isbandi tidak hanya berupa goresan cat di atas kanvas, Gir sepeda, mur baut, pcb radio rusak, plat kuningan, gergaji pun disulapnya menjadi lukisan yang kesannya jauh dari alam bawah sadar. "Sudah saatnya melukis tidak hanya lewat cat dan kanvas saja," kata maestro seni mix media itu.

Menurutnya, seni lukis menggunakan media cat dan kanvas itu sudah sangat kuno. "Itu sih jamannya picasso, sekarang seni itu tidak saja memandang estetika," ketus pelukis yang berhenti memakai media cat dan kanvas sejak tahun 2000 itu.

Aksara jawa di lukisannya, menjadi ciri khas Rudi Isbandi.
Kini dunia lukis yang ia geluti adalah lukisan kontemporer, yang tujuannya menciptakan benda seni, bukan hanya sekedar lukisan. Jadi, anda jangan heran kalau benda-benda usang yang ia susun dalam satu bingkai ia anggap lukisan.

Salah satu karya Rudi Isbandi yang habis dimakan rayap
Ia mengaku lukisan yang pernah mendapat penghargaan nasionalnya pernah habis dimakan rayap. "Baik saatnya kamu (lukisan) yang mati duluan, nanti mungkin tiba waktu untuk saya," kata pelukis yang pernah tiga tahun berguru pada Affandi, maestro lukis Indonesia.

Museum Rudi Isbandi adalah museum seni rupa keenam yang ada di Indonesia. Sejak tahun 1970 sampai sekarang, Rudi terus menciptakan karya di galeri rumahnya. "Habis gini saya mau buat karya dari shock breaker sepeda motor," kata maestro yang suka jalan kaki kemana-mana. Dalam kesehariannya di rumah, ia selalu ditemani Sunarti, istrinya. Sepasang kakek nenek itu menjalani masa tua yang indah, hidup ditemani benda seni yang istimewa, menurutku. Kuz9

0 komentar: