Beberapa waktu yang lalu saya meluangkan waktu untuk plesir ke suatu cagar alam di Kabupaten Malang bagian selatan, tepatnya di Pulau Sempu...

Segara Anakan, Danau Kahyangan yang Mulai tercemar

Beberapa waktu yang lalu saya meluangkan waktu untuk plesir ke suatu cagar alam di Kabupaten Malang bagian selatan, tepatnya di Pulau Sempu. Menurut sepengetahuanku, Pulau ini dikenal memiliki vegetasi dan fauna yang terjaga (223 jenis tumbuhan, 144 lebih jenis burung dan 20 spesies Macan Kumbang) serta keindahan ekosistemnya. Dinamakan Pulau Sempu karena dulunya terdapat tanaman obat yaitu pohon sempu, tapi saat ini sudah tak terlihat lagi tanaman tersebut di hutan Pulau Sempu. Pulau yang tak berpenghuni ini memiliki luas sekitar 877 hektar dan terletak di seberang selatan Sendang Biru, Malang. Bagian timur, barat dan selatan pulau ini dikelilingi oleh Samudera Hindia sedangkan bagian utara menghadap Laut Jawa dan Pulau Jawa.

Perjalanan ke Pulau Sempu sesuai pengalamanku, dapat diitempuh melalui rute darat dengan sepeda motor dari Surabaya ke Malang kurang lebih 2 jam perjalanan. Sesampai di Malang perjalanan diarahkan menuju Kepanjen – Turen – Sendang Biru memakan waktu kurang lebih 2 jam atau lebih karena rute dari Turen ke Sendang Biru berkelok-kelok dan curam. Jadi total perjalanan kira-kira 4 jam dengan asumsi kecepatan ± 80 Kmph. Dapat dikatakan jarak perjalanan sama dengan luas Pulau Jawa karena saya dan teman-teman berawal dari Surabaya ke Malang Selatan, ini berarti dari pesisir utara ke pesisir selatan jawa.

Perjalanan panjang akhirnya terselesaikan. Tibalah kami di pelabuhan Sendang Biru disambut pos penjagaan untuk urusan ticketing. Setelah itu menuju ke rumah salah satu penduduk untuk negosiasi akomodasi sementara disana. Ongkos untuk jasa ini sekitar Rp 10.000 termasuk penitipan motor, air bersih, jurigen dan rest sebelum menyeberang ke Pulau Sempu. Kemudian langsung menuju ke kantor BKSDA untuk urusan perijinan, biasanya untuk urusan yang satu ini dikenakan tarif Rp 4000. selepas itu kami menuju pelabuhan mencari nelayan setempat yang menyewakan perahunya untuk menyeberang. Dengan tarif Rp 10.000 per-kepala kami ber-8 berangkat menuju Pulau Sempu. Waktu yang dibutuhkan ± 15 menit perjalanan dengan pemberhentian Teluk Semut (rute reguler untuk ke Segara Anakan). Karena air laut saat itu sedang surut-surutnya kami terpaksa turun agak jauh dari bibir pantai. Sembari turun, nelayan berpesan untuk menghubunginya via HP bila ingin dijemput.


Nelayan yang mengantar kami menuju Teluk Semut

Sesampai di Sempu.........

Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, kami sampai di Teluk Semut disambut kedatangan burung berwarna biru mendarat di pesisir pantai yang surut. Di pasir pantai Teluk Semut banyak ditemukan puluhan lubang kepiting bakau merah dan ragam tanaman mangrove yang masih terjaga. Namun sayang keindahan itu dikotori oleh banyaknya sampah plastik berupa botol minuman dan bungkus makanan.

Di pojok pantai Teluk Semut terdapat rute trek menuju Segara Anakan melintasi hutan pantai dan hutan tropis. Kondisi trek pada saat kami susuri masih basah dikarenakan pada bulan Oktober – April adalah musim penghujan. Selain itu kontur trek naik turun membuat perjalanan kami semakin seru. Hutan di sepanjang trek masih terjaga kerapatannya terbukti cahaya matahari yang menembus lebatnya pepohonan tampak samar-samar. Karena itu jangan kaget bila anda banyak menemukan jamur dan udara terasa pengap sewaktu perjalanan. Selama melintasi trek kami mendengar kicauan burung dan melihat monyet yang melintas. Tapi sayang trek tanah menuju ke Segara Anakan juga tak luput dari sampah plastik wisatawan. Sampai di Segara Anakan membutuhkan waktu tempuh 45menit perjalanan diliputi rasa kagum akan alam dan kecewa akan sampah.

Teluk Semut begitu sepi di sore hari

Sampai di Segara Anakan.......

Karena kedatangan kami di Segara Anakan telah larut dan matahari mulai terbenam kami bergegas mendirikan tenda. Rupanya banyak juga para wistawan yang mendahului kami mendirikan tenda. Setelah tenda siap langsung kami menyiapkan logistik untuk kebutuhan kalori kami yang hilang selama melintasi trek. Pemandangan indah Segara Anakan tidak segera kami nikmati, malam tiba dan kami memutuskan untuk menikmatinya besok pagi. Malam hari di pantai Segara Anakan suhu tidak terlalu dingin tetapi bila waktu air pasang kemungkinan angin akan bertambah kencang jadi siapkanlah baju penghangat. Kami mengisi waktu luang di malam hari dengan bernyanyi, bercanda menghibur diri lalu tidur.

Segara Anakan dan basecamp wisatawan

Di tengah malam kami terbangun karena angin kencang dan serbuan semut yang memasuki tenda kami terpaksa keluar menuju bibir pantai Segara Anakan yang saat itu sedang pasang laut. Suasana malam hari begitu spektakuler. Air laut Samudera Hindia masuk melalui lubang pada karang yang memblokade Segara Anakan. Semburan air pasang masuk melalui Karang Bolong nampak seperti ledakan air. Putih busa air yang menghantam Karang Bolong dengan latar belakang kegelapan malam sungguh indah. Setelah menikmati susana malam kami pun menuju tenda untuk istirahat menanti fajar.

Saat fajar tiba dan sinar matahari mulai setinggi tiang tampak jelas keindahan Segara Anakan. Karang-karang karst yang memblokade air laut nampak keemasan disinari cahaya. Air laut begitu tenang dan banyak karang muda dan ikan kecil di pinggirannya. Air begitu jernih bila anda ingin berenang pastikan membawa snorkle untuk melihat karang dan biota laut secara jelas.

Pantai Segara Anakan saat sunrise


Karang Bolong di pagi hari


Salah satu spesies lalat di Pulau Sempu

Yang juga nampak jelas di pagi hari adalah sampah-sampah wisatawan di zona basecamp dan pantai Segara Anakan. Sisa-sisa makanan, bungkus permen, mie instan, galon air, botol minuman berserakan. Sayang indahnya panorama tercemar sampah.....

Lanjut lagi, di sebelah timur ada trek untuk menuju ke atas tebing lokasinya berdekatan dengan basecamp. Tidak terlalu sulit untuk kesana hanya perlu sedikit tenaga. Pemandangan yang disuguhkan di atas tebing karang adalah samudera hindia lepas dengan ombak khas pantai selatan yang besar. Ada karang di tengah laut yang masih bisa terlihat jelas dan suatu saat karang itu akan habis terkikis ombak.

Panorama di tebing karang

Setelah puas menikmati alam Segara Anakan kami bergegas packing untuk pulang menuju Surabaya melalui trek ke Teluk Semut. Sampai disana dijemput nelayan yang mengantar kami ke Sendang Biru. Kembali ke akomodasi sementara di rumah penduduk sekitar untuk bersih diri dan kemudian melangkah pulang.

Ada pelajaran penting untuk menghormati dan menjaga alam dalam perjalananku kali ini. Manusia dituntut untuk Pandai balas budi terhadap alam dan bersyukur pada Tuhan dengan cara menjaga dan mencintai lingkungan.

Berdasarkan pengalamanku, hal-hal dibawah ini perlu diperhatikan
:
  • Bagi pengendara motor, pastikan sampai di Pulau Sempu jangan terlalu larut dan sempatkanlah waktu untuk istirahat di tengah perjalanan
  • Bawalah barang anda dengan prinsip minimum weight, maximum utility agar tidak lelah membawanya dan berguna sesampainya disana.
  • Jangan biarkan tenda anda terbuka sementara terdapat logistik di dalamnya, hal ini akan mengundang semut masuk.
  • Minimalisasi dampak penggunaan api, jangan membuat api unggun sebagai penghangat karena kondisi udara di Segara Anakan tidak seperti di gunung. Di samping itu menyalakan api sama juga melepas gas karbon pemicu global warming.
  • Jangan mengambil sesuatu dan meninggalkan sampah. Ingatlah anda berada di kawasan konservasi. Jangan sampai merusak kondisi alam di Segara Anakan.
  • Sampah yang anda bawa ke Pulau Sempu sebaiknya anda bawa dan Jangan dibakar!

2 komentar:

  1. Mari kita lestarikan lingkungan kita...
    Artikel yang bagus.

    BalasHapus
  2. artikel bagus tuh,..
    sayang kalo udah alami di cemarin

    BalasHapus