Postingan ini dari salah satu umatmu ya nabi. Pasti usai aku klik Post, kanjeng nabi segera tahu dan bisa segera membacanya. Tak perlu koneksi internet pun njenengan pasti bakalan tahu. Teknologi reciever gelombangmu pasti lebih canggih dari pencapaian TI kami saat ini.
ini tentunya ditulis dari orang urakan Yang mengaku-aku umatmu, ya habibullah. Kalau kanjeng nabi bener-bener tahu tabiatku dan mau repot-repot ngitung dosa apa saja yang telah aku lakukan, barangkali jangankan menyapa, melirik pun mungkin engkau tak sudi.
Kalau memang nanti ada adegan dimana kau tak sudi melirikku. Biar saja. Toh aku tetap lari dari kejauhan buat mendekatimu. menerjang lantas memelukmu, Ya Rosul. Benar aku memang tidak punya malu. Tapi aku punya rindu yang menggebu terhadap panjenengan.
Rindu yang tak bisa terpuaskan dengan hanya sekedar ikut acara peringatan maulid nabi di surau, masjid, langgar dan musholla. Maafkan aku ya nabi, sudah lama aku tak ikut acara-acara seperti itu.
Sudah sering aku coba menghayati kehadiranmu disana. Tapi yang muncul cuma sekelebatanmu yang kalah oleh ingar bingar suasana. Oleh bising suara sound system, teriakan puja sholawat padamu, dan riuh bincang kesenangan saat memperoleh berkatan.
Mungkin aku saja yang terlalu ruwet. Tak seperti mereka yang sangat gampang menikmati acara maulid nabi demi menghayati keberadaanmu. Ngapunten kanjeng nabi, aku belum bisa seperti mereka.
Tetapi setiap waktu aku selalu mengingatmu. Dari bangun tidur hingga kembali tidur lagi. Hati ini, meskipun tak selalu tapi berjuang untuk terus mengingatmu. Baik lewat ucapan sholawat atau ingat akan akhlakmu yang menurutku sangat mulia dan semakin langka aku jumpai di masa kini.
Ya nabi, aku betul-betul merindukan akhlakmu pada orang kecil dan miskin. Ya karena aku ini termasuk golongan kelas itu di masyarakat. Pendapatanku tak seberapa. Tak berharta. Dicemooh karena kere. Direndahkan karena tak berprestasi. Dipandang sebelah mata karena tak punya simbol kemapanan hidup di dunia.
Nasib kami orang kecil ini ya kanjeng nabi, cuma untuk ditindas orang besar. Penguasa kami juga makin tak peduli dan kerjaannya kian hari menjerat leher kami. Orang kecil macam kami ini lemah, makanya gampang sekali jadi pihak yang salah.
Tiap hari aku mengingatmu ya rosul. Utamanya cerita-cerita bagaimana perlakuanmu pada si miskin dan si lemah.
Tentang kisah panjenengan diberi hadiah anggur masam dari orang tak berpunya. Engkau makan semua anggur itu tanpa mau kau bagikan pada sahabat di kiri kanan mu. Sebab bila sahabat yang memakannya, engkau takut ekspresi yang keluar akan sangat menyakiti si miskin karena anggur itu rupanya begitu masam.
Aku hayati penuh cerita itu. Membayangkan mulutmu mengunyah satu per satu anggur kecut itu sampai habis. Berusaha tanpa menampakkan raut kecewa. Dengan tulus kau berjuang menjaga perasaan si miskin itu.
Ya allah ya nabi. Aku betul-betul cinta engkau. Engkau penguasa jazirah Arab. Anggur terenak pasti sering kau makan. Tapi demi perasaan si miskin engkau tahan rasa masam itu.
Sebab aku ya nabi pernah seperti itu tapi dengan ujung cerita yang berbeda. Suatu kali hamba mencoba menyenangkan hati sesama dengan membelikan hadiah. Namun ujungnya dihina karena hadiah itu jelek dan tidak sesuai dengan selera sang penerima. Padahal ya rosul, hadiah itu hamba beli dengan berkorban uang dari pendapatan bulananku yang minim.
Sering aku seperti ini ya nabi, berkorban uang demi menyenangkan orang di sekitarku, tapi malah yang ku beri kecewa. Ya salah ku sendiri mengapa tak sekalian saja pakai uang yang lebih saat beli hadiah. Namun pendapatan ku memang cukup nya beli itu. Bahkan itu pun sudah harus rela ada hal-hal yang harus tak bisa aku beli karena sudah mantap beli hadiah.
Ya biarlah kanjeng nabi, Biar lah nasib si miskin kantong kering di dunia ini dihina seperti itu. Makanya ingat cerita mu seperti itu selalu nancap di perasaanku. Kok ada ya orang di dunia ini yang pernah berlaku seperti itu pada orang miskin. Sebab, sampai sekarang tak pernah aku jumpai orang yang berakhlaq seperti itu.
Kalau engkau katakan, aku sangat dekat dengan orang miskin dan lemah. Betapa gembira nya hati ku. Besar hatiku ya nabi ketika engkau sangat memihak kami, orang kecil ini.
Kisah tentang betapa mulia akhlakmu itu lah yang selalu berhasil membuatku haru lalu rasanya ingin sekali bertemu denganmu. Kalau bisa ya rosul, aku dan engkau berdua saja. Tanpa orang lain yang mengganggu. Maafkan kalau aku begitu posesif. Karena aku ingin kamu cuma jadi milikku. Meskipun itu rasanya tak mungkin.
Cerita itu lah yang membuatku hatiku teriris hingga ingin menangis merindukanmu. Maaf kanjeng nabi. Aku Bukan manusia pemuja mukjizat agungmu. Padahal mukjizat mu yang paling ampuh, Yang mengalahkan mukjizat beragam nabi pendahulumu. Nabi musa cuma membelah laut, engkau membelah Rembulan. Nabi Sulaiman menaklukkan jin, engkau mengislamkan jin. Nabi Yusuf tampan, tapi kalah oleh keanggunan paras dan akhlakmu.
Beginilah sambungan online ku pada mu ya nabi. Semoga aku dan keluargaku bisa satu surga denganmu. Surga orang-orang yang tak pernah ketemu engkau tapi begitu rindu padamu.
Terima kasih ya allah ya rosul. Telah engkau temani hamba di tiap detik hidupku. Aku titip rindu padaMu untuk kekasihMu, abdan nabiya, Muhammad SAW.
Gresik, 11 November 2019
0 komentar: