Mungkin saja, manusia kini menyembah suatu jenis berhala versi paling anyar. Berhala materialisme. Hubbud dunya. Mengesampingkan atau bahkan...

Sibuk Percaya Berhala

Mungkin saja, manusia kini menyembah suatu jenis berhala versi paling anyar. Berhala materialisme. Hubbud dunya. Mengesampingkan atau bahkan tidak percaya tuhan. Lebih percaya pada faktor lain selain Dia. Dan parahnya faktor yang mereka lebih percayai adalah cuma seonggok materi.

Noor dari tadi membual seenak udel nya. "kami ini tidak menyalahkan mereka mereka itu. Lha wong mereka sendiri tidak punya kesadaran akan kondisi alam pikir nya"

Kaspolan yang daritadi di sebelah si noor, masih meraba raba arah dhawuh nya.

"Memang kondisi alam pikir mereka itu yang bagaimana"

"Gimana ya, masak kambing kamu tanya lan. Mana bisa jawab kambing kalau kamu tanya belok ke kanan atau ke kiri?"

"kesadaran hidup kambing kan ya cuma eat, sleep, shit, sex. Kalau kamu tanya mana kanan mana kiri. Mana cahaya mana kegelapan. Mana kepalsuan mana kesejatian, ya mboten ngertos mereka noor"

"nah itu kan cuma ibarat saja. Analogi saja. Lha wong yang sebenarnya saya analogi kan kan si manusia penyembah berhala nya. Bukan kambing nya"

"maksud kamu kali ini mau nyinyir soal apa lagi?"

"gini lo lan, kok kayak nya manusia modern sekarang itu lebih percaya pada materi daripada peran dan otoritas tuhan"

Kaspolan merengut... Berlagak seolah mengerti omongan si noor.

Di luar sana banyak manusia manusia yang tidak sadar, berhala materialisme sudah menjangkiti pikiran nya. Hati nya sudah nyantol pada dunia sehingga mereka tidak percaya lagi sama kasih sayang da kehendak tuhan.

Misalnya, bila berjumpa dengan orang miskin, hati sebagian besar dari kita pasti bilang. Bagaimana dia itu, tak punya banyak uang, bagaimana kalau suatu hari nanti sakit.

Kok kayak nya pikiran kita ini. Alam bawah sadar kita ini sudah teracuni. Kita jadi punya logika klise, biar hidup aman dari sakit kita harus punya uang banyak. Padahal uang banyak tidak jadi jaminan sakit datang menghampiri. Kita lebih percaya uang banyak daripada peran tuhan yang bila Dia mau, akan sangat mudah memelihara kita dari sakit meskipun keadaan kita jauh dari berlimpah materi dan teori ideal tentang gizi.

Lanjut lagi, kalau anda mau beli mobil pasti dapat saran dari sekitar anda yang lebih tahu, kalau mobil merk ini tidak bagus rawan kecelakaan. Sementara mobil lain yang lebih bagus dinilai lebih aman dari kecelakaan. Pikiran anda teracuni lagi oleh takhayul yang dibuat oleh industri.

Seolah-olah untuk bebas dan aman dari celaka kita percayakan sepenuhnya pada mobil yang lebih bagus. Yang memiliki fitur keamanan yang lebih mumpuni. Lalu dimanakah letak tuhan dalam peristiwa tersebut? Tuhan sama sekali tidak dilibatkan. Tuhan jangan ikut ikutan masalah kami. Kami sudah sangat percaya pada berhala teranyar kami. Fungsi tuhan sudah tidak terasa dan teraba lagi oleh kami.

Padahal sejatinya, tuhan sangat sangat tersinggung ketika Nabi Musa memakan daun obat untuk menyembuhkan rasa mulasnya ketika dikejar bala tentara firaun. Musa memakan daun obat dengan keyakinan pasti sembuh Tanpa kesadaran di dalam akal nya bahwa hanya tuhan Yang Maha menyembuhkan. Akibatnya, sampai berkali kali Musa memakan berlembar lembar daun, beliau tak kunjung sembuh.

Tidak ada dalam kesadaran berpikir manusia modern untuk senantiasa melibatkan tuhan.

Padahal, tidak ada jalan keluar kecuali dari Nya.
Tidak ada kesembuhan kecuali dari Nya.
Tidak ada keselamatan di depan kami kecuali atas pertolongan Nya.
Bukan dari benda yang kita malah merendahkan diri sujud padanya.

0 komentar: