Nasib hidup kaspolan memang buruk. Tapi ya tak buruk buruk amat. Bisa sangat buruk kalau dilihat dari kacamata pandang materi. Tapi bisa jad...

Kaya tapi hina

Nasib hidup kaspolan memang buruk. Tapi ya tak buruk buruk amat. Bisa sangat buruk kalau dilihat dari kacamata pandang materi. Tapi bisa jadi sangat lumayan kalau kacamata pandang nya memakai alternatif yang lain.

Kaspolan sangatlah tidak kaya. Tidak sukses. Jual barang apa aja, bisnis apa aja selalu gagal. Kaspolan itu memang cuma gelandangan. Tapi dia suka Berkontempelasi merumuskan apa yang paling inti. Paling sejati.

Apa saja yang terjadi kaspolan selalu belajar dari beragam gejala di sekitarnya. "Sebetulnya kaya yang sejati itu yang kayak bagaimana yo?" kaspolan bergumam sendiri.

Gejala pertama, ada seorang kaya yang punya harta berlimpah ruah. Rumah megah, mobil mewah, pangkat istimewa. Bahkan seringkali tiap item itu punya lebih dari satu. namun, apa yang dia miliki itu tetap terasa kurang.

Gejala kedua ada tipe orang kaya yang dia anggap dirinya sukses, berhasil, omset melimpah ruah. tapi begitu saudara butuh bantuan si kaya ini mendadak punya kecerdasan hitungan yang rumit dan detail . hitungan nya itu Tentang laba atau rugi. Kredit macet atau lancar.

Sungguh menyedihkan. Definisi kaya yang sejati bagi kaspolan ternyata di luar konsep kepemilikan.

Menurutnya, ada gejala pertama yaitu letak kaya yang posisi nya di hati. Yang meskipun harta pas-pasan tapi tak pernah merasa kekurangan. Selalu bersyukur dan tafakur di setiap kondisi. Apa yang sekarang dipunya dirasa sudah melebihi dari yang dibutuhkan.

Gejala kedua, orang kaya ekstremis. orang kaya yang di luar dugaan. Orang yang tidak mampu tapi bersedekah lebih banyak dibanding orang mampu. Kira kira lebih baik mana, lebih mulia mana, si A mengeluarkan 90 ribu dari uang 100 ribu nya. Atau si B yang mengeluarkan 100 ribu dari uang 1 juta nya?

Meski si A adalah contoh sikap yang diamalkan oleh Kanjeng Nabi Muhammad. Ternyata konsep itu cuma jadi gurauan dan takhayul pesimistik di dunia yang didiami kaspolan.

Kanjeng Nabi bersedia memberikan apa yang sebenarnya dia butuhkan. Begitu dermawannya sampai beliau mengajarkan kepada kita Apa yang kalian keluarkan, adalah yang sebenarnya menjadi milik kalian

Kaspolan ittiba betul pada contoh sikap yang luar biasa itu. Dia manut suri tauladannya. Kanjeng Nabinya. Kekasih hatinya. Dunia kecil bagi kaspolan. Ya meskipun memble juga. Tapi kalau dengan begitu allah tidak marah dan jadi lebih sayang, apapun nasib hidup di dunia yang cuma sebentar ini kaspolan blas gak patheken.

0 komentar: