Banyak yang ngakunya sudah kaya. Tapi rasa-rasanya kok tidak pantas disebut orang yang sudah kaya. Pola pikir yang lain, yang menyimpang gini ini datang dari si Noor. Katanya, dia mengaku tidak percaya kalau ada orang kaya di jaman sekarang ini mengaku kaya.
"kayanya mereka itu bukan bener bener kaya"
Aku yang selalu tertarik pemikiran pemikiran gila si Noor, selalu saja ingin membantahnya. "Mana mungkin tidak disebut kaya Noor, lihat itu wak kasan, kaya banget. Apa apa punya lebih"
"baju punya tiga lemari full, rumah ada lima, besar besar kayak istana, istri juga sudah ada tiga, mobil tiap anggota keluarga punya," terangku penuh data
"hahaha... Orang kaya seperti wak kasan itu bukan orang kaya sesungguhnya"
"lha kok bisa, gimana jalan pikiranmu sih"
"lho namanya orang kaya itu apa apa sudah merasa cukup. Sudah g minta dan butuh apa apa lagi karena semua udah punya. Lha rasa-rasanya lo ya. Wakkasan itu Menurut ku bukan orang kaya. Dia pernah sambat sama saya kalau dia masih merasa masih kurang. Belum punya dapur yang mewah, TV yang lebih lebar, dan soal uang dia pun merasa masih sambat. Belum aja cukup, Masih Kurang saja. Agaknya semua orang kaya di kampung ini pembawaan pola pikir dan sikap hidup nya seperti itu".
"Lha memang siapa orang yang kaya itu sesungguhnya Noor?"
"yang kaya itu dia yang terus menerus bersyukur. Dia yang merasa sudah sangat cukup dengan hartanya. Sehingga harta itu dia kasih kan, dia bagi-bagikan ke orang yang lebih miskin darinya"
"lantas kenapa ya, Wakkasan bisa punya pola pikir seperti itu?"
"mungkin saja, mungkin saja lo ya ini, ibadah Wakkasan dan pasti nya kamu juga koes, adalah ibadah untuk mendapat sesuatu. Ibadah bukan karena cinta kepada yang Maha kaya. Wakkasan beribadah dengan motivasi pencapaian dunia.
Apa saja jenis ritual ibadah nya diangankan untuk laba. Baca Sholawat biar dapat uang jatuh dari langit langsung, Hehe seperti ajaran padepokan yang diikuti Wakkasan"
"ya kalau gitu salahkan Kanjeng Gusti padepokan nya Dong Noor, jangan salahkan wakkasan"
"hehe iya. Kalau soal itu. Si pak Kanjeng juga punya andil dan murid nya juga punya andil. Sang murid merasa sangat cocok pas sekali ketemu guru yang bisa memenuhi kebutuhan pola pikir keduniawiannya. Ibarat orang ngantuk disodori bantal"
Hidup di bumi cuma sebentar. Hanya dihiasi remeh temeh orang baik tidak laku. Orang kaya sungguh dihargai. Padahal yang kaya sejatinya tidak pantas disebut orang kaya.
0 komentar: