Kasihan betul Cak Kaspolan, saban hari dihantui rasa tidak percaya diri karena istrinya sendiri, Mbak Sangidah. Kata si Noor saat dia cerit...

Sangidah, Istri Kaspolan

Kasihan betul Cak Kaspolan, saban hari dihantui rasa tidak percaya diri karena istrinya sendiri, Mbak Sangidah. Kata si Noor saat dia cerita padaku, sepasang suami istri itu punya level yang timpang. Kaspolan dari kelas abangan sementara Mbak Sangidah dari kelas santri.
"Ijo dan abang," celetuk si Noor.
"memang mereka awal ketemunya dimana?" sahutku
"Jombang"
"ah kok rekayasa sekali rasanya, kok kebetulan. Ijo abang, disingkat jadi Jombang"
"ya memang ada yang Maha merekayasa. Semua sudah direkayasaNya dalam kitab lauhul mahfudz"
"Jadi apanya yang bikin cak Kaspolan tidak tenang?," potongku.
Noor, lalu plirak plirik. Matanya menyapu sudut kanan kiri, seluruh ruangan, lalu menancap pada biji mataku. Hmm, jangan bilang-bilang orang lain Koes, pesan si Noor. Katanya, Cak Kaspolan itu ilmu agamanya rendah. Lebih Tinggi ilmu agama punya Mbak Sangidah.
Kalau cak Kaspolan ngimami sholat, betapa banyak kesalahan. Saat iktidal misalnya. Seharusnya baca samiallah malah baca takbir. saat membaca bacaan surat pendek juga salah terus.
"Wong, mbaca qulhu aja salah melulu, mbaca annas kurang jelas, mbaca alkafirun apalagi, urutan ayatnya dia pikun," kelakar si Noor.
"lantas apalagi?"
"Mbaca Wirid usai sholat wajib juga, tidak bisa. Harus dipandu istrinya. Kalau tidak dipandu, Cak Kaspolan paling pol hanya bisa baca Wirid istighfar dan Sholawat. Ya memang dia bisanya itu saja"
Pun juga doa-doa sholat. Apalagi qunut subuh. Cak Kaspolan nol putul kalau soal begitu-begitu. Lebih bisa Mbak Sangidah karena dulu Mbak Sangidah sangat tekun belajar agamanya. Santriwati teladan. Diniyah nya moncer, doa apa saja bisa. Kalau jadi ustadzah juga sudah bisa mimpin doa dan kegiatan agama umat.


Sementara cak Kaspolan itu cuma pedagang kecil-kecilan. Kadang jualannya laku kadang juga tidak. Meskipun banyak tidaknya. Kalau pas sepi, Cak Kaspolan ngasih tukang parkir uang saja masih mikir-mikir. Cak Kaspolan tak punya baju bagus, baju koko untuk sholat nya robek. Dua lubang di depan dan satu di belakang.
"Duh cak Kaspolan ini, nggak niat temen ngadep pengeran," celetukku
Orang sekampung berpikir kok sampai mau Mbak Sangidah menerima cak Kaspolan. Apa iya cak Kaspolan pakai ajian pelet. Sampai-sampai ada rasan-rasan do kampung kalau Mbak Sangidah sudah salah pilih imam. Mbok Harusnya selevel anak kiai pondok, ustadz pondok, atau minimal anak pondok pesantren yang dia terima nikahnya.
Soal itu si Noor punya jawabannya. Kenapa Mbak Sangidah cinta betul pada cak Kaspolan. tiba-tiba gestur si Noor saat bercerita jadi bangga pada cak Kaspolan saudaranya.
Pernah suatu hari, kata si Noor, Mbak Sangidah mengajak cak Kaspolan membaca doa akan tidur. Dituntunnya cak Kaspolan baca doa bismikallahumma ahya wa bismika amuud. Cak Kaspolan lalu bilang ke istri yang sungguh amat dia cintai.
"doa itu apa artinya?"
"Hmm apa ya mas. aku nggak tahu mas"
"kalau kamu tidak tahu artinya, itu bukan berdoa, tapi hanya membaca bacaan doa"
Duh cak Kaspolan, gayamu sok filsuf. Kwa ka ka.

0 komentar: