Apa iya hidup kita ini hanya untuk cari Ridho Allah saja? Apa benar tidak ada opsi opsi pola pemikiran lain yang lebih jernih dari itu? Bil...

Meridai dan Diridai

Apa iya hidup kita ini hanya untuk cari Ridho Allah saja? Apa benar tidak ada opsi opsi pola pemikiran lain yang lebih jernih dari itu? Bila tidak, bagaimana pula sikap hidup yang benar? Dan apa pula ada dasar nya yang kuat?
Jawab nya adalah, iya, ada. Si Noor bercerita kepadaku soal pengalaman Kaspolan menanggapi istrinya yang begitu stress akan ruwet nya tikungan hidup. Pernah suatu hari istri kaspolan, Mbak Sangidah begitu sumpek jiwa nya. Kuda-kuda batin hidupnya rapuh. Berjalan jadi oleng lantaran ada upaya seseorang yang mengancam karir masa depannya.
"Cak Kaspolan ini flat saja datar-datar saja menghadapi istrinya yang sedang terpukul itu",  ucap si Noor
Yang ini harus segera kutanggapi, "ya memang cak Kaspolan orang nya cuek".
"kalau dia itu bukan sekedar cuek. Tapi sangat teramat banget cuek nya. Tapi cak kaspo cuek bukan pada istrinya, tapi cuek pada masalah dan urusan dunia",  terang si Noor
Cak kaspo, melihat masalah, beban, tekanan saat kehidupan di bumi ini secara cuek. Kalau uang cak kaspo dicuri orang, berapapun jumlahnya, Cak kaspo tidak akan bersedih menangisinya. Pun juga dengan harta benda nya yang hilang. Cak kaspo tidak akan pernah menyesalinya. Paling cak kaspo nyeletuk, ooh hilang ya,, ya sudah nanti kalau masih jodoh ya balik lagi. Kalau tidak jodoh ya sudahlah. Sering kali, orang menipunya dalam hal berdagang, menyakiti hatinya, mencemoohnya di depan orang banyak, menyebarluaskan aib cak kaspo hanya sabar, memaafkan dan melupakannya.
Cuek karena dia punya Teman Sejati yang sangat ampuh buat menghadapi problematika hidup di dunia. Cak kaspo kalau lagi kena masalah, ujung ujung nya dia nanti mewakilkan solusi problem itu pada Teman Sejati nya. Cak kaspo ingat betul jurus ampuh dari Teman Sejati nya itu: apa yang sudah pasti terjadi berarti tuhan sudah mengizinkan.

Landasan hidup itu lah yang ditularkan cak kaspo pada istrinya. Mau apapun kalau sudah ada satu titik dimana kita tidak bisa mengandalkan diri sendiri, itu berarti waktu untuk bertawakal, mewakilkan pada Nya. Dan keputusan semau-mau Nya itulah yang terbaik. Jadi tawakal beda dengan pasrah. Apalagi menyerah.
Tawakal adalah satu titik Allah diandalkan. Hanya Dia satu-satunya tempat berharap. Mbak Sangidah istri yang baik dan nurut pada cak kaspo. Maka dia coba rumus hidup itu. Sebenarnya cak kaspo dan Mbak Sangidah juga sudah siap menata hati untuk menerima kemungkinan opsi terjelek pemberian Nya. Sudah. Mereka berdua ikhlas. Tanpa beban. Kehidupan kembali lagi seperti air mengalir.
Tapi ternyata tuhan saat itu mencintai dua hamba yang ikhlas dan mengandalkanNya. Maka tuhan tidak berkenan membuat susah lagi sepasang suami istri itu. Allah beri yang terbaik. Tanpa mereka duga-duga.  Karena mereka berdua sudah radiyatan mardhiyah, Meridai diridai Nya. Meridai apa pun yang terjadi, apa pun yang diberi, sehingga dengan sikap hidup seperti itu, para hamba diridai oleh Allah. Sang Maha berkehendak.
sakarep-karep Mu gusti! Kulo lilo! Angger e panjenenganipun ora murang-muring ten Kulo!

0 komentar: