Noor menghampiri dengan santai nya. Sambil bawa es lilin di tengah hari Ramadhan
Noor kamu puasa?
Tidak. (sambil ngemut es lilin yang terbuka)
Loh bulan suci kok tidak puasa. Malah enak enakan ngemut es lilin di depan orang puasa
Jangan sembrono menilai orang
Lantas kamu sendiri, apa bedanya kamu puasa dengan tidak?
Ya jelas toh. Puasa menahan nafsu. Nafsu apa saja yang punya kriteria nafsu
Ah masa, Munafik kamu ini. Kamu puasa tapi masih bernafsu untuk dihormati. Tuh kamu tadi menyuruh aku enggak minum es
Kalau aku balik, apa kamu terima kalau aku makan di depan mu saat kamu puasa Noor?
Ah enggak ada masalah buat ku. Silahkan kamu makan sambil pake ekspresi wajah keenakan. Atau sambil bilang mak nyus, top markotop, Ajib, laziz atau apa pun. Monggo. Silahkan makan. Nikmati.
Sok kamu Noor. Omdo
Kalau pola pikir mu begitu apa kamu nggak malu sama negeri Kanselir. Yang kamu cap kafir. Mereka memberi keringanan bagi pengusaha makanan muslim. Sedang di sini, ibu buka warung malah kena sweeping. Ya kalau fair ya semua Dong kena sweeping, mcd, kfc, atau resto resto besar yang buka siang hari harus juga kena sweeping. Jangan cuma lapak lapak rakyat yang dapat hukuman saja.
Mana Rahmatan Lil alamin mu? Mana? Sedang lagi, saudara mu yang nasrani, ibu hamil, anak kecil, kuli pekerja berat. Mereka mengeluh susah cari sarapan dan makan siang
Ah itu kan salah mereka. Tidak puasa di tengah orang puasa
Kamu tidak pernah berpikir agama dengan dimensi sosial. sudah.. Lebih baik kamu tidak mengucap takbir saat lebaran
Loh kenapa
Kamu ini tidak pantas lebaran. Kamu memastikan dirimu berpuasa. Padahal puasa atau tidak yang boleh menilai hanya Dia
Tengoklah ke atas sambil bertanya. Kamu ini pantas disebut berpuasa atau tidak?
0 komentar: