Sungguh ribuan kata di Dusunku menghilang makna sejatinya. Yang orang bilang kiai tapi aslinya gentho. Yang dibayar malah disebut pemerintah. Yang ngomong bela nilai-nilai tapi aslinya cuma bakul.
Kalau kata cinta kita konstelasikan dengan alam. Cinta alam. Selanjutnya ada pendaran kata di samping kanan dan kirinya : Pesisir, sungai, air terjun, bukit, gunung, mata air, pohon, mendung, hujan, matahari, dsb
Cinta itu keadaan dan mencintai itu kata kerja
siapa itu? Ga ada angin ga ada hujan kok ambil suara seenaknya, aku mencari sumber suara
Terkekeh. kalau aku angin kamu mau apa? Kalau aku hujan apa salahnya aku bicara?
manusia seenaknya sendiri! Yang lebih banyak mencintai itu kami. Bukan kalian. Mentang-mentang kami tidak bisa ngomong kalian menyebut diri kalian sendiri pencinta alam
lah ya memang kami kan yang cinta kamu. Kami tunjukkan keadaan cinta kami padamu. Kami naik gunung aku bilang ke seluruh dunia maya aku cinta gunung. Giliran ke pantai aku bilang cinta pantai dsb
enak saja main klaim. Seharusnya kami ini yang jadi subjek pencinta. Kami yang mencintai kalian
kamu ini siapa tho? Alam?rasanya kok berhak banget mengecam
tidak penting siapa aku. Kamu yang menyebut pencinta tapi kok sering melukai hati yang kamu cintai
kapan aku melukai hati ruh sang alam? Aku sudah jaga benar lelaku ku biar tidak merusak alam loh! tidak mbunuh, tidak ambil seenaknya, tidak meninggalkan sampah, tidak merusak
hemmph, gitu saja kok kamu sebut mencintai. Mencintai itu tulus memberi seperti kami. Sedangkan kalian itu bisanya cuma mengecam. Heran. Yang bolak-balik dikasih cinta tapi kok kecewa terus. Gitu malah anggap dirinya pencinta. Pencinta cap apa?capcai
aku beri hujan tapi kamu menghinaku. Aku beri cerah, panas malah kamu menghardikku. Aku beri dingin menusuk tulang kamu muak. Aku beri kelembaban kamu gerah. Aku mendung kamu geleng geleng kepala
Kalau begitu siapa yang yang lebih pantas disebut sang pencinta?
0 komentar: