Surau di situs Giri Kedaton dan batu yang konon ceritanya dipakai Majelis Wali Songo untuk berkumpul |
Curamnya tangga ke Giri Kedaton dan lanskap Gresik dari ketinggian. |
Setelah parkir motor, barulah saya naiki tangga Bukit Giri. Di atas sana ada puing 'Giri Kedaton', Kerajaan Islam di era Sunan Giri. Total anak tangga ada 110 buah untuk sampai ke atas.
Setiba diatas, nuansa pemandangan Kota Gresik sebagai salah satu kota pelabuhan dan penyebaran Islam tertua pun mulai tampak. Di sebelah timur ada Pelabuhan Gresik berserta lanskap Pulau Maduranya. Sementara di sisi utara tampak dari kejauhan berdiri Masjid Sunan Giri. Sore itu pemandangan bisa saya lihat dengan jelas karena cuaca yang cukup cerah.
Situs giri kedaton sendiri memiliki sejarah terkenal khususnya sebagai pusat penyiaran Islam. Diceritakan dalam Babad Gresik, setelah berguru Islam kepada Maulana Ishak di Samudera Pasai, Sunan Giri mendirikan pesantren di Bukit Giri, Kecamatan Kebomas Gresik pada tahun 1487 masehi. Maulana Ishak adalah ayah Sunan Giri.
Setelah berlangsung lama, pesantren itu pun mulai berkembang dan terkenal di nusantara. Santri Sunan Giri pun berdatangan dari penjuru tanah air untuk belajar ilmu dan syiar Islam. "Mereka ada yang berasal dari Lombok, Madura, Maluku bahkan sampai ada yang dari Ternate," kata Pak Muchtar, Juru Kunci Giri Kedaton. Pesantren kemudian juga berkembang menjadi kerajaan bernama sama. Giri Kedaton berjaya saat dipimpin oleh Sunan Prapen, murid Sudan Giri.
Makam yang ada di Giri Kedaton dan bekas kolam yang jaman dahulu digunakan untuk berwudu. |
Makam Raden Supeno, Putra Sunan Giri yang terletak di bagian belakang situs. |
Giri Kedaton kerap didatangi para musafir dari seantero negeri. Ada yang menginap semalam bahkan menetap hingga bertahun-tahun. |
Giri Kedaton sering didatangi musafir dari berbagai daerah untuk bermalam. Alasan mereka beragam, mulai dari mencari ketenangan, beriktikaf di sana atau bahkan memang sudah kerasan menetap hingga bertahun-tahun. Sewaktu saya kesana ada empat orang musafir yang saya temui. Salah satu yang saya ajak bicara adalah pria paruh baya dengan kumis dan jenggot tipis. Entah siapa nama bapak itu, saya lupa bertanya namun ia mengaku bekas pengamen jalanan dari Pasuruan.
Sempat saya tanyakan, lha bapak kerja apa? kalau cari makan bagaimana? Pria asal Pasuruan itu menjawab, "Kalau disini ya mas, ga usah bingung cari makan. Kalau di logika pasti tidak masuk nalar tapi kiriman makanan itu ibarat rejeki yang pasti datang sendiri meski tidak dicari." Ia juga mengaku kadang-kadang ia memakan buah pace, buah jambu bahkan dedaunan yang ada di Giri Kedaton.
Dua musafir lain berasal dari Malang dan satu orang dari Magetan. yang paling lama menetap disana adalah mas-mas dari Magetan itu, dia tinggal sudah empat tahun. Entah apa yang ada di pikiran mereka, saya sendiri tak bisa membayangkan.
Sebelum pulang saya sempatkan untuk Sholat Maghrib disana. Suara adzan bersaut-sautan terdengar saat itu. Entah apa yang saya rasakan, hati dan telinga saya bergetar. Bunyi adzan Maghrib secara simulatan terdengar ramai di Giri Kedaton. Suara adzan itu berasal dari penjuru Gresik. Sungguh bunyi yang menentramkan hati. Mungkin, perasaan heran saya atas kehidupan musafir-musafir di Giri Kedaton bisa terjawab dengan apa yang baru saja saya rasakan. Kuz9
sepertinya pemandangannya bagus dan banyak situs bersejarahnya juga ya?
BalasHapusyup benar. gresik ternyata kaya akan sejarah. terima kasih sudah berkunjung
Hapus