Ulah bocah-bocah penjual suvenir di Pantai Kuta Lombok yang sedang mengeroyok teman saya Ubed. Tak jarang mereka memaksa wisatawan untuk membeli dagangannya. |
"Masak mas datang kesini (menikmati Kuta) tapi tidak bantu kami?"
Biasanya, mereka menjual gelang dan harga yang ditawarkan sekitar Rp 3000 per item. Teman perjalanan saya si Ubed bahkan sampai dikeroyok oleh mereka memaksa untuk membeli. Sewaktu itu saya sedang berjalan-jalan menuju karang yang surut di Kute. Puas berfoto di sekitara karang cilik yang ditumbuhi pohon asam itu, saya lalu berniat untuk kembali. Nah, saat beranjak dari tempat itu sesosok gadis penjual gelang menghampiri saya dari kejauhan.
Usai mendekat, ia lalu menjajakan barang daganganya. "Mas, beli gelang saya mas," pintanya dengan nada memelas. Saya memang tidak tertarik untuk membeli gelang karena sudah membelinya sewaktu di Desa Suku Sasak Sade. "Enggak dek, saya udah beli dari Sade," jawab saya. Pikirku saat itu, kalau saya keluarkan uang untuk membeli bisa jadi saya dikeroyok teman-teman gadis cilik itu, seperti yang ditimpa temen saya. Gadis itu membuntuti hampir tiap langkah saya. ribuan kali ia meminta, ribuan kali juga tawarannya saya tolak.
Saya heran mengapa anak ini begitu kekeuh. Karena tingkahnya, saya sempat muter-muter lama di Kuta, kucing-kucingan dengan gadis cilik tadi. Akhirnya ia sadar juga bila saya tidak berniat cari gelang. Ia malah meminta uang Rp 2000 ke saya dengan dalih untuk pulang ke rumah. "Maaf dek, saya lagi tidak punya uang receh," kelit saya. Sengaja saya tidak memberi karena itu bukan kemauan saya, toh kalau saya memberi tidak akan dapat pahala, karena tidak ikhlas gara-gara dipaksa.
Habis sudah kesabaran saya, "Sudah dek mending adek pergi tidak usah mbuntuti saya lagi, saya juga mau pulang." Kata-kata itu saya ucapkan dengan nada separuh membentak. "Masak mas datang kesini (menikmati Kuta) tapi tidak bantu kami?" balasnya membalik kata-kata saya. Mendadak, perasaan aneh saya rasakan, seperti saat anda merasakan firasat yang buruk. Tak lama usai mengucapkan kalimat itu ia langsung pergi menghilang.
Karena merasa heran atas tingkahnya yang tak seperti anak-anak penjual lain yang begitu keras kepala mengikuti saya, saya menghampiri kawanan bocah penjual sevenir. "Dik apa kamu tahu gadis cilik, ya sekitar kelas 3-4 SDan, kulitnya item rambutnya coklat yang tadi ngikutin saya?" tanyaku. "Siapa mas? ga ada, kita tidak kenal," jawab salah satu dari mereka. Saya yang penasaran menyanyakan lagi apa memang benar tidak ada. "Yang ada dari kami kayak masnya tadi bilang ya ini, si A, B, C," salah satu dari mereka kembali menegaskan sambil menujuk yang dimaksud. Saya sontak merasa dihinggapi perasaan aneh lagi. Intinya gadis itu tidak dikenal oleh mereka.
Entah ada kaitannya dengan kejadian misterius tadi atau tidak. Tak lama, sepulang dari Lombok, musibah yang lumayan besar saya alami, saya kehilangan benda yang berharga. Gadis cilik penjual suvenir misterius itu sepertinya menguji kemurahan hati saya. Tuhan tentu Yang Maha Tahu atas semua peristiwa ini. Kuz9
di blik setiap pristiwa pasti ada hikmahnya.., Tp tetep sabar mas..
BalasHapuswah iya pastinya...
Hapusjadi dapat pelajaran berharga ya mas, semacam teguran. tapi ujian kehidupan memang selalu datang tanpa disadari
BalasHapusyah begitulah hidup mas. misteri dari Tuhan hanya Dia yang tahu.
HapusSekarang Kuta sudah ramai ya Mas? Dulu saya ke sana tahun 2009 masih sepi.
BalasHapusYa cukup ramai mas, sore saya kesana pas itu juga masi ramai. bus bus yang datang malah...
Hapussaya gk begitu percaya yg mistis2 mas. mnurut saya barang mas ilang gk sengaja. ato emg itu modus operandinya. bikin kesl org n nunggu lengah
BalasHapus