Senyum mengembang dari ibu petani garam. |
Ada sepasang petani garam yang bahu membahu mengangkut garamnya ke pondokan tempat penyimpan garam yang sudah dipanen. Si Ibu bertugas memasukkan garam ke keranjang pikulan, sementara Sang Bapak memikulnya ke gubuk penyimpanan garam. Aktivitas panen garam live di depan mataku ini tak ingin aku sia-siakan. langsung saja aku pasang kamera tercintaku, Canon 60D plus lensa tele EFS 50-250mm milik kawanku. Lumayan lah buat nambah stok foto juga nambah pengetahuan soal garam. Plus menjadi tombo ati hunting foto sunrise yang gagal ketutup awan mendung. hehehe
Si Ibu bertugas memasukkan garam ke keranjang pikulan. |
Ilmu Baru dari Petani Garam
Menurut sang bapak, garam yang terbuat dari air laut membutuhkan waktu kira-kira 15 hari untuk berubah menjadi kristal yang siap dipanen. Mulanya air laut dialirkan petani lewat selokan. Dari selokan itu, air lautnya dialirkan menuju petak-petak tambak yang sudah disiapkan. Untuk mengubah airl laut menjadi garam petani perlu menyaring dan meratakan tanah dengan alat seperti rol. Bila tanah sudah rata airl laut baru dialirkan ke petak. Baru setelah itu, petani tinggal menunggu air laut menguap dan berubah menjadi kristal garam.
Alat rol untuk meratakan tanah yang akan diisi air laut. |
tikus keluyuran terus ancene, ajak2 jeh he he
BalasHapushaha ini juga ndadak. lagian kmu yo ke malang kan pas iki mas wok.. hehehe.
BalasHapusWahhh saya udah lama banget pengen ke desa penghasil garam kayak gini. Foto2nya bagus lho :)
BalasHapusmakasih ya mbak udah diappresiasi....
HapusLiputan yang sangat menarik, saya jadi mengetahui bgm panen garam :).
BalasHapuswah makasih banyak apresiasinya kakak
BalasHapussaya tertarik dengan foto ibu tani itu. pakai baju korpri kah? :-)
BalasHapusbukan mas kamal, pake baju batik biasa kog.
BalasHapusBerat ya hidup petani garam itu :| padahal begitu dijual gak tinggi-tinggi amat harganya :(
BalasHapusia sampe demonya buang2 garam. mubadzir banget di tv ngeliiatnya...
BalasHapus