Hari ini kita: ayah, uma dan kamu bertemu. Anak ayah menangisnya kencang sekali. Ayah maklum kalau anak ayah ini menangis karena getun d...

Anak Panahku


Hari ini kita: ayah, uma dan kamu bertemu. Anak ayah menangisnya kencang sekali. Ayah maklum kalau anak ayah ini menangis karena getun dan mbatin dalam hati, kok yang model mbelgedes ini yang jadi bapakku. Kenapa ya Tuhan! kok bukan Tom Cruise atau Ari Wibowo yang jadi bapakku.

Karena menyesal, anak ayah ini menjerit sekencangnya. Untung ada umamu dan ibu perawat yang membuatmu kembali calm down. Sebetulnya ayah juga agak bingung dan bertanya-tanya. Kok Marga yang dipinjamkan oleh Nya pada ayah sama uma.

Ada koridor dalam kehidupan dimana kita tidak bisa memilih. Opsinya kamu mau tidak mau harus manut. Mau kamu lahir dimana, punya orang tua siapa, suku apa. Kamu tidak punya kuasa untuk menentukan. Takdirlah yang berujung menggariskannya.

Jadi, ayah kasih kamu nama lokal saja. Maaf kalau kedengarannya katrok.dan ndeso. Setelah rundingan dengan umamu, nama untukmu adalah Muhammad Margana Yodha Samana (rencananya mau aku kasih nama Muhammad Ali si petinju sufi pembela mereka yang tertindas. Tapi umamu tidak setuju. Sayang sekali). Kalau anak ayah nanti sudah bisa diajak diskusi lalu agak keberatan sama nama ini ayah tidak keberatan untuk memfasilitasi pergantian ulang. Tapi sebelum menggugat, bacalah tulisan ayah soal filosofi namamu ini dulu.

Muhammad (Sang Kekasih Allah. Kalau bukan karena cinta Allah padanya, alam semesta dan kita tidak akan pernah ada. Jadi nama ini mutlak diberikan pada bayi cowok muslim) Margana (anak panah) Yodha (pejuang) Samana (kemuliaan hidup).

Soal nilai anak panah ini sebenarnya ayah dapat dari buku milik almarhum kakekmu "Jalaludin Rumi, Ajaran dan Pengalaman Sufi". Ayah tak tahu kenapa tiba-tiba melihat buku itu waktu tiduran di depan rak buku rumah nenekmu. Ayah ambil dan ayah baca.

Ayah terpengaruh sama puisi sufistik Jalaludin Rumi yang mengibaratkan hidup manusia seperti perbuatan memanah. Manusia digambarkan cuma sebagai busur. Tuhan disimbolkan sebagai pemanah yang memiliki kekuasaan atas anak panah. sementara anak panah sama sekali tidak berkuasa atas dirinya sendiri.

Anak panah hanya bertugas menembus kegaiban. Apa yang terjadi di masa depan entah itu detik, menit, jam, hari, minggu, tahun, semuanya adalah gaib. Hanya Tuhan yang tahu apa yang bakal terjadi sama kamu kelak.

Oleh karena itu, teruslah berjuang, be a fighter. Tak penting itu sukses atau gagal nak yang penting kamu terus berjuang. Kalau nanti aral hidupmu sangat banyak jangan sampai putus asa. Tetaplah percaya sama besok. Jangan sampai nggak percaya sama besok. Tetaplah percaya sama rahmat Tuhan padamu. Tetaplah berharap penuh optimis pada rahmat Sang Pemanah Mu.

Sementara, nama panggilanmu adalah Marga, dalam bahasa jawa artinya jalan. Ayah dan Uma ingin nama panggilanmu juga punya makna. Dalam filosofi Jawa kata Marga sangat memiliki posisi khusus. Ada istilah Margorejo (jalan yang ramai) Margoutomo (jalan yang utama), margomulyo (jalan kemuliaan). Dalam teologi islam juga demikian. Ada kata penting islam yang maknanya berkaitan dengan jalan: sabil, syari', thariq, dan shirath. Memang Jawa dan Islam sangatlah berjodoh. aku harap anak ayah selalu berjalan di jalan yang lurus. Jalan orang yang diberi Tuhan nikmat. Bukan jalan mereka yang dibikin sesat.

Tembuslah kegaiban hidupmu, teruslah berjuang dengan selalu berjalan bersama Dia dan Kekasih Nya. Posisi ayah dan uma hanya menemani kamu berjalan sementara di dunia ini.

Salam selamat untuk anakku, Muhammad Margana Yodha Samana. Selamat berjalan di muka bumi ini M!

Gresik,  25 Januari 2018

0 komentar: