Mbak Sangidah rupanya habis ditipu mentah-mentah. Kalau ditipu oleh orang asing sih tidak jadi soal. tidak masalah ditipu sama pihak yang semua orang sepakat kalau dia jahat. Lha ini, Mbak Sangidah ditipu oleh pihak yang sangat dia percaya. Pihak yang malah kebanyakan orang percaya padanya.
Mayoritas komunitas di negeri ini percaya pihak ini bisa menyembuhkan si sakit. Padahal pihak ini kalau dirunut dari logika kata (rasa-rasanya) kok malah sengaja ingin orang sakit. Bukan kok ingin orang sehat. Makanya pihak itu (anda sebut saja) adalah rumah sakit. Bukan rumah sehat. Rumah yang ingin bikin orang jadi sehat.
"wah kalau ini sudah ga mentah lagi. Ditipunya sudah mateng-mateng," sambat Kaspolan suami Mbak Sangidah pada si Noor
"ditipu kok mateng apa lagi itu?" sergah si Noor
"ya saking kecewa nya, saking perih batinnya saking panas mendidih pikirannya sampai-sampai benda yang mentah bisa jadi mateng kalau di taruh kepala"
"pasti bisa goreng telur tanpa wajan dan kompor" kelakar si Noor
"mbok ya kalau nipu itu nggak usah pakai sorban, baju koko putih dan berkalung Sajadah segala. Orang berbuat jahat kok takut ketahuan. Itu namanya setengah - setengah. Tidak jantan"
"memang nya kenapa Mbak Sangidah cak?"
"kami pergi ke tempat yang orang sebut er es itu untuk berobat. Di awal kami sepakat membayar biaya berobat yang oleh pihak er es menyebut itu satu kali bayar untuk semua tahap pengobatan. Tapi Mbak Sangidah dan aku sendiri kecewa betul ketika pihak er es bilang kalau tiap kali berobat kami harus bayar lagi"
"ah cak paling sampean ini yang salah dengar keterangan di awal" bantah si Noor
"ya memang awalnya begitu Noor. Tapi bagaimana kalau teman-teman mu juga merasakan trik yang sama?" ucap Kaspolan
"sebentar sebentar, itu er es atau rumah saham. Kok kerjaannya cari untung dari yang datang? Sudah begitu caranya pakai nipu pula"
"mau disebut rumah saham ya Monggo. Mau disebut rumah sial ya bisa juga"
"hahaha betul betul. Kamu sial kena tipu cak" Noor sepakat
Bukan kehilangan uang yang membuat sesal, ungkap cak Kaspolan, tapi ada praktik ketidakjujuran yang melanggar term kebaikan. Pada uang yang hilang karena kena tipu, manusia tidak pantas menangisinya. Manusia Tidak pantas menangis karena derajat manusia yang akhsani taqwim lebih tinggi terhadap semua makhluk materi duniawi.
Tapi kalau soal penipuan, dimain-mainkan, dilanggar, itu baru yang patut disayangkan.
Memangnya apa yang patut disayangkan?
"yang patut disayangkan adalah saat tuhan mengetahui bahwa anjurannya tidak dituruti oleh para mafia dan manusia kapitalis. Tidak ada asas anta rodin minkum, suka sama suka diantara dua pihak. Saat satu pihak melanggar pihak lain yang terjadi adalah keterpaksaan karena penindasan. Bukan suka sama suka. Rela sama rela"
"Tapi toh begitu cak, tuhan memang sengaja menghendaki ketidakjujuran, sehingga Dia bisa lebih menyayangi hamba yang ikhlas menerima ketidakjujuran atas dirinya"
0 komentar: