Masjid Kapitan Keling di George Town, Penang. |
"Ada bayak masjid di nusantara yang dikelola oleh kalangan minoritas. Seperti Masjid Cheng Ho yang dikelola oleh warga Tionghoa muslim. Namun, Di negeri jiran Malaysia, tepatnya di George Town Terdapat Masjid Kapitan Keling. Masjid tertua tersebut dibangun dan dikelola oleh komunitas india muslim"
Tahun 2008, George Town sempat mendapat julukan the World Heritage dari UNESCO. Perhatian kepada bangunan tua memang jadi fokus utama. Sampai-sampai, pemerintah kota memberikan insentif kepada warganya yang merawat bangunan tua.
Pemerintah kota menetapkan beberapa zona khusus untuk perlakuan bagi bangunan tua. Zona paling inti berwarna hijau. Artinya bangunan apapun yang masuk di wilayah itu tidak boleh diubah sama sekali bentuk dan fungsinya. Di luar zona itu ada zona kuning. Artinya bangunan diperbolehkan untuk diubah.
Kebanyakan bangunan bersejarah penting yang menjadi tetenger alias landmark kota George Town ada di zona hijau. Seperti Fort Cornwellis, Penang Peranakan Mansion, Khoo Kongsi temple. Yang coba saya kunjungi adalah Kapitan Keling Mosque. Masjid ini merupakan masjid tertua yang dibangun oleh warga pendatang dari India pada tahun 1801.
Terletak di Jalan Masjid Kapitan Keling, letaknya tidak jauh dari Eastern and Oriental hotel, tempat saya bermalam. Waktu tempuh hanya sekitar 15 menit berjalan kaki. Memang hotel tersebut berada di jantung kota, sehingga kemana pun terasa dekat.
Hotel dan homestay tua di jalan Love Lane sepulang dari masjid. |
Papan info sejarah. |
Begitu sampai di Masjid Kapitan Keling, sumur tua dengan diameter sekitar lima meter berada tepat usai gerbang. Di belakangnya terdapat tempat wudhu yang unik. Tinggi kolam untuk wudhu dibuat rendah. Tidak lebih dari lutut orang dewasa.
Kolam wudhu Masjid Kapitan Keling. |
Sumur tua. |
Memasuki bangunan masjid, pengalaman menarik terasa. Beberapa sudut masjid kental dengan sentuhan budaya india. Seperti pada ornamen pintu masjid. Lengkungan pintunya tidak hanya polos. Tapi ada lengkungan kecil yang menghiasi sekelilingnya. Bentuk lengkungan itu mirip seperti di Taj Mahal. Lengkungan itu juga banyak terdapat di area dalam masjid. Letaknya di tiap ujung tiang pondasi.
Pilar berhiaskan lengkungan mirip di Taj Mahal. |
Di sudut lain, identitas budaya India pun makin kental. Di papan pengumuman masjid, Banyak tertempel selebaran bertuliskan huruf india. Memasuki waktu sholat, makin terasa seperti ada di India. Barisan shof sholat subuh kala itu didominasi oleh pria-pria keturunan india. Tubuh tinggi besar, kulit hitam dengan mata yang lebar. Mirip yang ada di film Bollywood. Tapi dandanan mereka waktu sholat mirip dengan kita. Memakai sarung, pèci dan baju koko. Ada beberapa yang pakai baju koko terusan dan surban.
Menara difungsikan sebagai pusat informasi. |
Saat subuh di masjid. |
Tanah wakaf itu selepas kematian Captain Kling pada 1834 luasnya berkurang. Menjadi hanya 8 hektar saja yang dipakai sebagai masjid. Sisanya berubah menjadi jalan, rumah dan pertokoan di sekitar masjid. Saat ini kawasan itu terkenal Sebagai Little India. "Kalau kamu sholat jumat disini khotbah nya Menggunakan bahasa Tamil," ucapnya.
Nasi Kandar Beratur
Kapitan Keling Mosque dan Little India juga terkenal dengan Wisata kuliner. Pas di sebelah pintu masuk masjid yang menghadap jalan masjid kapitan keling ada penjual nasi kandar yang terkenal di George town. Nama kedainya Nasi Kandar Beratur. Kedai itu mulai buka pada jam 10 malam. Kedai ini sudah ada di samping masjid sejak tahun 1940.
Kedai Nasi Kandar Beratur persis di sebelah masjid. |
Meski subuh, masih ada yang makan. |
Mas sampean gak kluyuran gak ajak2 >,<
BalasHapusSkrng udah balik ya mas,,,
Ayo oleh2 :lol:
Wakakak. Lah yaopo ngajak e. Oleh oleh cerita dan foto aye. Wkk
BalasHapus